Tag Archive | pertanggungjawaban

BUSWAY& NILAI- NILAI HIDUP

Hari ini seperti biasanya setiap pagi aq merambah belantara ibukota dengan busway yang qharapkan bisa mengantarq tepat waktu ke tempat sa’iq. Bedanya jika di hari – hari yang lalu aq diantar oleh suamiq hingga halte terdekat dan mulai berangkat dari rumah sejak pukul 6.15 pagi, kali ini karena hujan yang begitu derasnya mengguyur Jakarta aq tertidur dan terlambat untuk berangkat ke tempat saiq. Sehingga aq bisa melihat realitas jalanan kota metropolitan yang sesungguhnya.

Busway … bus trans Jakarta, yang diharapkan bisa mengatasi kemacetan yang merupakan masalah yang tak kunjung usai di kota metropolitan ini. Ternyata lumayan jadi solusi juga. Kenapa hanya lumayan bukannya benar – benar jadi solusi? Karena pagi ini aq mengalami sendiri peristiwa kemacetan di jalur yang seharusnya nggak macet itu, di jalur yang seharusnya steril dan khusus busway saja.

Lho … koq bisa macet ya?

Ya ialah … masa ya ia dong … (kik3x…). Sudah jadi pemandangan biasa di ibukota tercinta ini yang merupakan potret Indonesia di mata dunia, jika sudah waktunya berangkat atau pulang kerja … wui … macet bo!!! Nggak peduli mau jalur busway atau jalur jalanan biasa, mau jalan tol/ bebas hambatan maupun jalan yang jelas-  jelas banyak hambatan.

Bayangkan saja di jalur yang seharusnya steril untuk bus yang mengangkut ratusan orang (penumpang umum) ternyata tidak steril sama sekali, karena diinvasi oleh kendaraan pribadi (mobil, motor) yang meski hanya membawa 1 atau 2 orang penumpang di kendaraannya dengan egoisnya menginvasi jalur yang diperuntukkan untuk memudahkan lebih banyak orang/ masyarakat Jakarta menuju tujuannya masing- masing (bahkan maksimal 185 orang lho kapasitas busway itu).

Egois bukan?

Ya … dengan berbagai dalih mereka yang memiliki kendaraan pribadi berargumen kan macet … ya sama …. kami juga mau buru- buru … Ah biarin aja, daripada nunggu lama di jalur yang seharusnya, mumpung ada jalur yang kosong pakai aja, toh ada polisi juga nggak pada ditangkapin tuch…Yang lain aja masuk jalur busway, kenapa saya juga nggak?

Ya Allah … inilah gambaran masyarakat metropolitan yang tidak lagi mengagungkan nilai- nilai peduli, jujur, disiplin dalam hidupnya (salah satunya dalam berlalu lintas), hanya mementingkan dirinya sendiri dan kepentingan pribadinya. Bukankah mereka merupakan gambaran masyarakat Indonesia lainnya meski mungkin dalam versi berbeda?

Mari kita tilik hati nurani kita masing- masing?

Masih adakah kejujuran dalam diri kita dan telah kita keluarkankah nilai jujur itu dalam tingkah laku kita sehari – hari?

Masih adakah  kepedulian kepada orang – orang di sekitar kita dan benarkah telah kita tunjukkan rasa peduli itu kepada mereka?

Masih adakah kedisiplinan dalam nilai hidup kita dan benarkah kita telah disiplin/ tepat waktu dalam hal pekerjaan/ menyelesaikan tugas- tugas kita?

Andai mereka paham … Sesungguhnya ketika mereka jujur, disiplin dan peduli itu … sesungguhnya mereka telah menjadi wakil- wakil Allah (khalifah = wakil) di muka bumiNya ini dalam menjunjung tinggi asma-Nya.

A’udzubillahhiminasyaithannirajim

BismillahhiRrahmaniRrahhim

Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khlaifah- khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu diatas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Shadaqallahul’adzhim …

(Qur’an Surat Al An’am (6) ayat 165) 

Lihat saja ketika mereka menjunjung tinggi dan mengeluarkan potensi jujur yang sudah built in di hati mereka, mereka sesungguhnya sedang mewakili sifat Allah Al Mu’min.

Ketika mereka menjunjung tinggi dan mengeluarkan potensi peduli yang jelas- jelas built in di hati mereka, mereka sedang mewakili asma Allah As Sami’ (Yang Maha Mendengar/ Yang Maha Peduli).

Ketika mereka menjunjung tinggi dan mengeluarkan potensi disiplin yang jelas –  jelas telah ada dan tidak perlu dicari – cari lagi di hati mereka (built in) maka sesungguhnya mereka sedang mewakili asma Allah Al Matiin (Yang Maha Menepati).

Lebih mudah untuk dipahami sesungguhnya merekapun telah membantu (care) kepada orang lain yang ingin mewujudkan harapan mereka dengan emilih busway sebagai angkutan yang dapat mengatasi kemacetan di jalanan Jakarta, datang tepat waktu ke tempat tujuan mereka dengan tidak menggerutu. Pemilik kendaraan yang tadinya egois menginvasi jalur buswa itupun telah mebantu polisi lalu lintas dan petugas lalu lintas lain/ pam bus transjakarta untuk tidak harus berdiri berlama- lama lagi di jalanan di tengah hujan yang mengguyur deras dan tanpa mempedulikan kesehatan mereka, di tengah jutaan sampah pembakarana kendaraan bermotor untuk mensterilkan jalur busway demi keamanan dan kenyamanan ratusan penumpang yang melintasi jalur busway itu.

Bayangkan saja pada saat jam kerja dan pulang kerja, yang jelas- jelas jam macet dan sibuk itu, hanya dalam 1 jam saja ada 10 an bus yang melintas dengan masing- masingnya membawa 150 orang penumpang, berarti ada 1.500 orang penumpang yang kan terhambat hanya karena ulah segelintir pengemudi kendaraan bermotor yang egois.

Seribu lima ratus penumpang itu bukan hanya warga kelas menengah ke bawah tapi juga banyak ekspatriat atau warga menengah ke atas yang memarkirkan kendaraannya di teminal busway untuk merambah belantara ibukota dengan kendaraan umum, yang sesungguhnya amat nyaman itu jika tidak diinvasi oleh segelintir orang yang egois itu. 

Ya Allah … Ya Fattah … dengan Rahman Rahhim-Mu, smoga Kau bukakan mata hati kami semua, karena sesungguhnya bukan mata kami yang buta, bukan telinga kami yang tuli tapi HATI DI DALAM DADALAH yang telah buta dan tertutup selama ini.

A’udzubillahhiminasyaithannirajim

BismillahhiRrahmaniRrahhim

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami qatau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada

Shadaqallahul’adzhim

(QS 22:46)