Archive | February 2, 2009

PERNIKAHAN, MASALAH

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan- pasangan untukmu dari jenismu sendiri,agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada demikian itu benar- benar terdapat tanda- tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

(QS Ar Rum (30).21)

Ooo… Menikahlah denganku …

Ooo… Bahagialah selamanya …

Dua bait lagu Kahitna tersebut membuatq tersentak saat menghadiri akad nikah sepasang insan di Menara 165 pada tanggal 1 Februari 2009 kemaren.

Ya … kemaren aq menghadiri akad nikah putri Bp. Kiagus Muhammad Hasanuddin Thoyieb (pejabat ESQ LC) dengan putra Bp H. Suparno, SH.

Subhanallah … baru kali ini aq merasa menghadiri satu pernikahan yang penuh berkah dan ber’cahaya’ (mungkin karena ‘cahaya’nya sampai ke hatiku yach, karena mengingatkanq kembali akan moment- moment pernikahan kami yang telah lama q lupakan, saking sibuknya dengan belitan masalah dalam pernikahan kami akhir – akhir ini dan membuatq memahami makna pernikahan sesungguhnya).

Dengan tegas dan jelas Allah mengatakan dalam Qalamnya (QS Ar Rum (30).21) diciptakan pasangan dari jenismu sendiri itu bukan untuk masalah tapi untuk tentram dan diturunkan rasa kasih dan sayang. Nah lho … kalau terbelit masalah berarti ada yang salah di diri ini.

Telah 9 tahun aq mengenal suamiq dan baru 5,5 tahun usia pernikahan kami sejak tanggal 16 Mei 2003 (165 …) dan dalam perjalanan kami akhir – akhir ini aq sering melupakan moment – moment romantis pernikahan kami, saat- saat bahagia bersatunya sepasang hati yang memang tlah ditakdirkan Allah untuk bersatu (antara seorang perempuan yang tlah dipilihNya untuk mendampingi seorang laki- laki dan seorang laki – laki yang tlah dipilihNnya untuk mendampingi seorang perempuan dalam safar mereka selanjutnya menuju perjumpaan abadi dengan Tuhannya).

Hatiq tersentak ketika mendengar nasehat pernikahan bagi sepasang insan yang tengah berbahagia itu. Seakan – akan nasehat itu sesungguhnya bagi kami penganten- penganten lama yang hadir pada akad nikah tersebut untuk memperbaharui kembali komitmen pernikahan kami. Prof. Nazaruddin Umar memberi nasehat bahwa

Keluarga sakinnah ma waddah wa rahmah. Apakah waddah itu? Waddah= Waddud = asma Allah Yang Maha Mencinta, ibaratnya adalah cinta laki- laki yang penuh logika, realistis dan Rahmah? Rahmah= Rahman= asma Allah Yang Maha Pengasih, ibaratnya cinta perempuan yang emosional. Yang Waddah dan Rahmah itu dalam keseimbangan sehingga terciptalah sakinah. Sakinah= baik, baik bagi dirinya, pasangannya, anak keturunannya, keluarganya, sekitarnya.

Ketika deraan masalah datang, ingatlah hari ini betapa banyak airmata kebahagiaan dan do’a yang tercurah untuk kalian, betapa banyak keringat yang telah mengalir deras untuk mempersiapkan kebahagiaan kalian.

Dalam terjemahan terbaru Al Qur’an … Ar rijalu qawwamun nisa tidak lagi berarti laki – laki pemimpin perempuan, tetapi laki – laki pendamping perempuan.

Subhanallah … ternyata indah sekali mahligai pernikahan itu dalam bingkai Al Qur’an, dalam bingkai way of life, jalan keselamatan (ISLAM). Berpasangan untuk  tentram, diturunkan kasih sayang dan setara laki- laki dan perempuan, saling mendampingi. Ajaran manakah yang lebih indah selain ajaran Illahi ini?

Astagfirullah … Kadang aq terlarut dalam belitan permasalahan yang menghampiri rumah tangga kami, ingin lari dan lari sejauh-jauhnya agar aq tidak lagi merasa tersakiti, bahkan sering malah aq ingin mengamputasinya saja (menurut pikiran sesaatq) agar dia tidak  menjadi kronis, membusuk dan menginvasi organ- organ lain. (Tapi ternyata cara berpikirq salah selama ini. Dan trima kasih Ya Allah berkat kehendakMu jualah aq hadir di akad nikah mereka kemaren dan Engkau sadarkan kembali hingga aq memahami apa makna pernikahan sesungguhnya dan makna kehadiran aq bagi suamiq dan suamiq bagiq.)

Padahal bukankah Allah justru tengah memuji qt ketika Ia menguji qt? Mengapa juga sering terlintas di benak qt untuk tidak mau bertahan dan mengamputasi saja luka itu, padahal ia masih bisa diobati dengan ketekunan dan kasih sayang? (mengutip hikmah yang dipahamkanNya kepada adq yang sampai juga kepadaq. Alhamdulillah … trima kasih Ya Allah atas kepahaman ini … Trimakasih adq maniezzz atas kesediaan dan semangatnya menebarkan Rahman RahhimNya yang mengalir deras padamu).

Sahabatq pernah mengatakan ada kata – kata bagus untuk MASALAH :

Jangan katakan lagi aq punya masalah yang besar tapi katakanlah, “Hai masalah … aq punya Allah Yang Maha Besar.”

(He he he … koq aq malah curhat tentang masalah ya.)

Bukankah dalam pernikahan yang juga merupakan bagian dari perjalanan/ safar kita akan hadir berbagai ujian. Bahkan Allahpun mengatakan dalam QalamNya:

Dan diantara istri- istrimu dan anak- anakmu ada yang menjadi ujian bagimu

Aq tak ingin dan tak pernah ingin menjadi ujian bagi suamiq. Tapi jika itu kehendak Allah mana bisa aq menolak. Yang penting bagi kita adalah ketika ujian itu tiba kembalilah ingat komitmen awal PERNIKAHAN kita, kembalilah ke visi misi pernikan kita, sehingga kita tak pernah terbelit dalam arus putaran yang sama dalam perjalanan pernikahan kita. Bisa keluar dari pusaran energi negatif itu menuju tujuan tertinggi yang hendak kita capai.

Sesungguhnya saat masalah itu datang,  Allah justru  sedang mengenalkan sifatnya Yang Maha Kuat (Al Qabith) kepada kita. Karena dengan ketakberdayaan kita, Allah malah menguatkan kita, sehingga kita paham … Oooo… itulah Allah Al Qabith. Bukankah Allah mengatakan:

Aku adalah perbendaharaan tersembunyi

Aku ingin dikenal dan dengan La Illaha Illallah, engkau akan mengenalKu

Karena itu jangan isi hatimu dengan selainNya. Engkau boleh mencintai suami, harta, orang tuamu, anak- anakmu, tapi letakkanlah di tanganmu jangan di hatimu ( mengutip yang selalu disampaikan Bapak  Ary Ginanjar Agustian).

Ketika tak ada lagi cinta yang lain di hati kita selain cinta kepada Allah dan mencintai karena Allah, maka di saat itulah kita kan mengenal Allah.

Karena itu ketika datang berbagai kesenjangan (masalah = kesenjangan antara harapan dan kenyataan), turunkanlah harapanmu sehingga takkan ada lagi kesenjangan itu.

Dan ketika ada kesenjangan (masalah) itu menghampirimu, bisa jadi Allah sedang mengingatkanmu untuk tidak bergantung/ tidak menyembah/ tidak meletakkan tinggi di hatimu apapun yang lain selain Allah (apakah itu suamimu, gurumu, orangtuamu, sahabatmu, hartamu, anak- anakmu). Allah tak ingin kau mengisi hatimu dengan selainnya, karena semuanya pastilah akan binasa kecuali Allah semata.

Semua yang ada di bumi itu akan binasa,

tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal

QS Ar Rahman (55). 26-27